Senin, 06 Januari 2020

Gimana sih Generasi Muda (Youth Generation) Mencari Informasi


Tanpa kita sadari setiap hari kita membutuhkan informasi terbaru guna memenuhi kebutuhan hidup kita. Di era modern seperti sekarang, ledakan informasi benar-benar tak terbendung lagi. Jumlah informasi baru yang bermunculan sangat banyak sehingga menimbulkan dampak positinf dan negative bagi kita yang mengkonsumsinya. Dampak positifnya berupa kita lebih mudah mengambil kebijakan karena informasi terbaru mudah didapatkan. Namun dampak negatifnya adalah akan bermunculan banyaknya informasi yang tidak pasti kebenarannya alias hoax.

Keberadaan sebuah informasi akan sama-sama dianggap penting oleh semua kalangan. Baik dari kalangan muda maupun dewasa. Dikarenakan tanpa adanya informasi akan sulit mengambil keputusan untuk tindakan selanjutnya dalam hidup kita. Meskipun sama-sama dianggap penting, cara memperlakukan informasi tersebut tentu berbeda antara kalangan muda dan dewasa. Entah itu dari sumber yang dipilih, taktik dan strategi, maupun media apa yang digunakan. Hal ini sebenarnya menjadi tantangan bagi kita semua. Karena jika tidak pandai-pandai memilah milih informasi dan menggunakannya, itu sama saja menyesatkan diri kita sendiri. Pada artikel ini akan dibahas bagaimana perilaku generasi muda dalam melakukan penelusuran informasi.

Di era informasi modern, media yang digunakan sudah pasti banyak mengalami perkembangan. Jika dahulu informasi dari segala penjuru dunia hanya bisa dapat ditemukan melalui TV, radio dan surat kabar, namun saat ini hal tersebut sudah jauh lebih mudah. Hanya dengan menggunakan satu alat di genggaman kita informasi tersebut dengan mudah kita dapatkan. Tinggal bagaiman kita memilih sumber yang akurat dan terpercaya akan berita-berita yang disebarkan.

Generasi muda identik dengan segala kemajuan teknologi yang terkini dan uptodate. Revolusi teknologi di bidang informasi dan teknologi yang cenderung cepat biasa dikenal dengan istilah New Media. Menurut Mc. Qual (2011: 43) New Media identic dengan ciri-cirinya seperti adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima dan pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Salah satu bentuk dari media baru yang ada saat ini adalah internet. Menurut data pengguna internet berdasarkan usia oleh Data APJII tahun 2014 yang diunggah tanggal 4 Desember 2015 menunjukkan bahwa usia 18-24 tahun menjadi pengguna internet terbanyak. Dilihat perkembangan lainnya, remaja tingkat SMP dan SMA merupakan remaja awal yang sedang berada dalam krisis identitas cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan teman sebayanya (peer groups), dan juga mulai suka memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya (Moenks dan Knoers 2006, dan Sarwono, 2004 : 24). Oleh karena itu, perkembangan internet yang cukup pesat disertai minat yang besar dapat memberikan hasil yang baik maupun buruk bagi mereka tergantung dari aktivitas online yang mereka lakukan sewaktu mereka mengakses internet.
Katz, Guveretich dan Hazz (efendy, 2000) mengatakan ada beberapa alasan pemenuhan pada seseorang yang ingin dipenuhi, dalam menggunakan media yaitu :
  • Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan informasi, pengetahuan dan pemahaman. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat atau dorongan-dorongan untuk memahami dan menguasai lingkungan juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.
  • Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan pengalaman estetika, kesenangan dan emosional.
  • Kebutuhan integrasi pribadi yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan kredibilitas, keyakinan atau kepercayaan stabilitas dan status individu.
  • Kebutuhan integrasi social yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan kontak keluarga, teman dan dunia luar.
  • Kebutuhan pelarian yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan untuk melarikan diri dari kondisi tegang, emosi, kesepian dan kurangnya dukungan social maka membutuhkan hiburan sebagai solusi.

 Terimakasih. Selamat membaca. Mohon kritik dan sarannya ya :)

Rabu, 12 Desember 2018

MENGENAL RDF (Resources Description Framework)

Sebagai salah satu bentuk perkembangan teknologi, sudah saatnya setiap orang mampu mempublikasikan sumber daya yang mereka miliki. Baik berupa html, teks, dll. Semakin berkembangnya sumber daya yang disebarluaskan mempunyai 2 dampak. Yaitu dampak menguntungkan dari sisi pengguna internet, namun di sisi lain timbul sebuah masalah baru yaitu meningkatnya kompleksitas manajemen dan navigasi web. Maka dari itu, W3C meluncurkan semantic web dengan salah satu bahasa pendukungnya yaitu RDF. 

RDF (Resources Description Framework) merupakan salah satu metadata yang berfungsi untuk mendeskripsikan alamat sumber daya pada web. Isi dari metadata ini dapat berupa judul, pengarang, hak cipta, dan lisensi dalam dokumen web. Dapat juga dikatakan bahwa RDF merupakan pondasi dalam pembuatan semantic web. 

Semantic web merupakan ekstensi tambahan dari web yang akan membuat informasi menjadi lebih bermakna dalam aktifitas pencarian, pertukaran data dan penggabungan informasi. Penggunaan RDF dalam semantic web berguna untuk member tambahan informasi yang tidak dapat ditemukan melalui kata kunci pencarian biasa. Dengan RDF keterkaitan antar satu artikel dengan artikel lain pada situs lain menjadi mudah didapatkan. 

RDF mempunyai bentuk dank ode yang bervariasi, berikut diantaranya:
11. RDF Anonim, artinya sumber daya anonym tanpa URI digunakan untuk menghubungkan banyak elemen (predikat dan objek)  dengan subjek.
22. RDF Container, maksudnya jika suatu saat kita ingin mendefenisikan pernyataan tentang sebuah buku yang ditulis oleh beberapa penulis atau software yang dirancang oleh beberapa analis. Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan RDF container, yaitu sumber daya yang dapat mnampung banyak elemen.
33. RDF Collection, merupakan grup yang dapat menyimpan kumpulan sumber daya dalam bentuk list yang terstruktur.
44. RDF Reification, yaitu RDF yang mempunyai kosakata internal yang digunakan untuk mendeskripsikan pernyataan-pernyataan yang ada pada RDF. 


SSumber :
- -Heri Kurniawan & Wahyu C. Wibowo. Penyimpanan Data RDF dengan Menggunakan Database Relasional. Jurnal Aplikasi Teknologi Informasi. 2007
-

Kamis, 15 November 2018

Mengenal Dublin Core sebagai Skema Metadata di Perpustakaan



Metadata merupakan suatu informasi terstruktur yang menjelaskan, menggambarkan, melokasikan serta membuat lebih mudak ditemukan, digunakan untuk mengatur suatu sumber informasi. (National Information Standard Organization, 2004). Fungsi metadata salah satunya adalah memberikan informasi mengenai kepemilikan atau hak cipta dari sebuah sumber digital . Karena data yang terdapat pada sumber digital berada di bawah lisensi sumber terbuka atau open sources (Agung W Prasetya, Skripsi Universitas Indonesia, 2009) .Metadata dalam perpustakaan umumnya menggunakan beberapa skema, yaitu MARC (Machine Redeable Catalogue), Dublin Core, MODS (MetadataObject Description Schema), dan METS (Metadata Encoding and Transmission Standard). Pada blog ini penulis akan membahas salah satu dari skema tersebut, yaitu Dublin Core. Terdapat dua jenis metadata Dublin Core yaitu Simple Dublin Core dan Qualified Dublin Core. Berikut akan dibahas lebih dalam tentang Simple Dublin Core.


Dublin Core adalah salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discover. Dublin core hadir sebagai pelengkap dari kekurangan yang redapat pada MARC sebagai sistem metadata yang lebih dulu digunakan dalam dunia perpustakaan karena dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan dan kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Sehingga pada tahun 1994 di Chicago berlangsung Konferensi Internasional World Wide Web (WWW). Salah satu topik yang di bahas adalah publikasi imiah lewat WWW dan juga masalah sumber temu balik informasi melalui WWW yang semakin kompleks pada masa itu. Maka muncul tuntutan untuk penciptaan suatu format metadata yang mempermudah resource discovery dari web resorce. Sehingga pada tahun 1995 oleh NCSA (National Computational Science Allience) dari Amerika dan OCLC berhasil menciptakan Dublin Core Metadata Element Set (DCMES) yang sekarang sering disebut Dublin Core. (http://pee-fee.blogspot.com/2010/10/dublin-core-kisah-dcmes-berawal-dengan.html. Diakses pada 14 November 2018).

Dublin Core memiliki beberapa kekhususan dibandingkan dengan skema metadata lainnya, yaitu :
  • Arti kata yang mudah dipahami.
  •  Sistem yang bisa dikembangkan lebih lanjut.
  •  Karena dublin core dibuat sesederhana mungkin agar bisa digunakan oleh orang awam atau  masyarakat luas, tidak hanya pustakawan bagian katalog saja.
  • Semua unsur sifatnya opsional dan dapat diulang jika diperlukan.
  • Unsur-unsur yang terdapat di dublin core bisa diterima secara internasional dan dapat diterapkan di semua disiplin ilmu.
  • Unsur di dalamnya dapat diperluas agar data yang sifatnya lebih khusus dapat ditampung (misalnya untuk disiplin ilmu atau aplikasi khusus).
  • Bisa ditempatkan di web page. (https://ramastablog.wordpress.com/2016/06/01/perbedaan-dublin-core-dan-marc/. Diakses pada 14 November 2018)

Unsur-unsur yang terdapat dalam dublin core ada 15,  yaitu :

1.
Contributor
Yaitu orang yang menciptakan informasi tersebut. Dapat berupa nama seseorang, organisasi maupun pembuat data yang bersangkutan.

Contoh : Contributor = “Universitas Kristen Duta Wacana”
2.
Coverage
Mendeskripsikan jangkauan topik yang mewakili objek.
Contoh: Coverage="1995-1996"
Coverage="Boston, MA"

3.
Creator
Entitas utama yang bertanggung jawab atas objek tersebut.

Contoh : Creator="Shakespeare, William"
Creator="Wen Lee"
Creator="Hubble Telescope"
Creator="Internal Revenue Service. Customer Complaints Unit"

4.
Date
Tanggal dimana objek tersebut dibuat.
Contoh : Date="1998-02-16" Date="1998-02" Date="1998
5.
Description
Yaitu penjelasan mengenai objek
Contoh : Description="Panduan mengenai pelaksanaan acara SI Creative Days, meliputi run down serta detail penyelenggaraan acara."


6.
Format
Format dari objek yang dimaksud
Contoh : Title="Dublin Core icon" Identifier="http://purl.org/metadata/dublin_core/images/dc2.gif& quot;
 Type="Image"
Format="image/gif"
Format="4 kB"
Subject="Saturn" Type="Image"
Format="image/gif 6" Format="40 x 512 pixels" Identifier="http://www.not.iac.es/newwww/photos/images/satnot.gif "
7.
Identifier
Referensi yang mengarah pada objek yang dapat membuat objek tersebut dapat dikenali. Dapat berupa URL atau URI.

Contoh : Identifier="http://purl.oclc.org/metadata/dublin_core/” Identifier="ISBN:0385424728

8.
Language
Bahasa yang digunakan dalam objek.

Contoh : Language="en"
Language="fr"
Language="en-US"
9.
Publisher
Entitas yang bertanggung jawab untuk membuat objek tersebut tersedia
Contoh: Publisher="University of South Where" Publisher="Funky Websites, Inc." Publisher="Carmen Miranda"
                                             
10.
Relation
hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya

Contoh : Title="Reading Turgenev"
Relation="Two Lives"
Objek yang disebutkan, yaitu “Reading Turgenev” adalah salah satu dari novel yang terdiri dari dua seri, sehingga merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang ada.

11.
Rights
Informasi mengenai wewenang dan undang-undang yang terkait dengan objek. Dapat berupa pernyataan maupun URL yang mengarah pada pernyataan tersebut
Contoh : Rights="Access limited to members" Rights="http://cs-tr.cs.cornell.edu/Dienst/Repository/2.0/Terms&" .

12.
Source
Sumber terkait dimana objek tersebut berasal.
Contoh : Source="Image from page 54 of the 1922 edition of Romeo and Juliet"

13.
Subject
Topik dari objek yang biasanya digunakan sebagai kata kunci yang mendeskripsikan topik dari suatu objek. Subject yang terdiri lebih dari 1 kata dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh : Subject="Aircraft leasing and renting"
Subject="Dogs"
Subject="Olympic skiing"
Subject="Street, Picabo"

14.
Title
Nama dari objek
Contoh : Title="A Pilot's Guide to Aircraft Insurance"

15.
Type
Jenis dari objek yang diambil dari DCMI Type Vocabulary
Contoh : Type="Image"
Type="Sound"
Type="Text"
Type="simulation"


Kelimabelas elemen metadata yang ada tidak semuanya harus digunakan dan penggunaannya dapat diulang dalam satu objek yang sama. Dengan memanfaatkan elemen-elemen metadata tersebut untuk mendeskripsikan dan mengelompokkan suatu objek, maka pengguna aplikasi dapat menemukan informasi yang tepat mengenai objek yang dicarinya melalui elemen-elemen tersebut.

SUMBER :
-National Information Standard Organization, 2004
-Agung W Prasetya, Pemanfaatan Dublin Core sebagai Metadata pada Aplikasi X dalam Deskripsi Koleksi Digital,  Skripsi Universitas Indonesia, 2009.
-http://pee-fee.blogspot.com/2010/10/dublin-core-kisah-dcmes-berawal-dengan.html
-https://ramastablog.wordpress.com/2016/06/01/perbedaan-dublin-core-dan-marc/


Jangan lupa tinggalkan komentar. Syukron :)

Gimana sih Generasi Muda (Youth Generation) Mencari Informasi

Tanpa kita sadari setiap hari kita membutuhkan informasi terbaru guna memenuhi kebutuhan hidup kita. Di era modern seperti sekarang, ledak...